Kamis, Juli 26, 2007

perjalanan

أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ ﴿١٩﴾
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٢٠﴾
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kita diperintahkan untuk melakukan perjalanan untuk benyak menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah. Diharapkan, dengan menyaksikan hal-hal yang nampak di depan mata, kita akan mengalami 'penyeberangan kesadaran' ke balik dari yang nampak. Itulah proses i`tibâr. Berasal dari kata `abara yang bermakna menyeberang, i`tabara bermakna menyeberangkan diri. I`tibâr adalah proses penyeberangan diri (going beyond, passing through) dari hanya menyadari apa yang terlihat di depan mata menuju ke pemahaman terhadap sebab, hakikat, tujuan, dan hikmah.
oleh Wahfiudin

Selengkapnya >>