Selasa, November 13, 2007

EKSISTENSI TASAWUF DI TENGAH UMMAT

Bulan Pebruari yang lalu (tahun 2005), di Medan diselenggarakan sebuah seminar yang dihadiri oleh para pejabat dan Tokoh Masyarakat dari 14 propinsi juga dari Australia, Singapura dan Malaysia. Seminar tersebut memang berkaitan dengan Melayu tetapi dilatarbelakangi oleh hal sebagai berikut : Disebelah Barat (Asia sebelah barat) terdapat bangsa Arab yang sampai saat ini keberadaannya masih diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Karena bangsa ini memiliki tradisi budaya yang kokoh berlandaskan nilai-nilai Islam. Sementara itu di bagian Timur ada bangsa Persia yang semenjak 5 abad sebelum Masehi saja sudah berjaya dengan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Nebukadnezar. Saat inipun eksistensinya masih diperhitungkan karena tradisi pemikiran-pemikiran keislamannya seperti ilmu kalam dan filsafat masih berkembang sampai sekarang. Sedangkan India saat ini menjadi negara ke-3 yang memiliki pakar-pakar di bidang teknologi informasi. Padahal kita tahu bahwa agama Hindu merupakan mayoritas di negara ini. Dan Cina menjadi negara ke-3 terbesar di dunia dalam hal nilai perdagangannya. Konghucu atau konfusianisme menjadi faham mereka dan negara-negara ini bulan lalu (Cina, Korea dan Jepang) akan mengikuti bangsa Eropa untuk bersatu.
Kemudian orang-orang Melayu menempati daerah yang berada di negara-negara Asia Tenggara. Sejak dahulu bangsa Melayu ini dikenal dengan kekuatannya di bidang Maritim dan perdagangannya. Dan kekuatan mereka tumbuh dan berkembang karena didasarkan pada nilai-nilai keislaman yang sufistik. Persoalan yang timbul kemudian adalah mengapa bangsa-bangsa yang memiliki kebudayaan yang sudah tua tetapi sampai saat ini masih berjaya sedangkan bangsa Melayu tidak seperti dahulu, saat ini dalam pertarungan global seperti kehilangan energi. Tidak ada suatu bangsa yang besar yang tidak mau mempertahankan dan mewarisi budaya luluhurnya. Dan jika kita mau melihat sejarah masa lalu maka kerajaan-kerajaan atau kesultanan yang ada pada waktu itu adalah berbudaya tasawuf. Seperti di Malaysia, Singapura, Aceh, Sumatera Timur, Kalimantan dan Sulawesi. Raja mereka selalu didampingi oleh seorang ulama sufi. Maka kesimpulan yang muncul dalam seminar itu adalah kalau ingin dibuat lagi kebangkitan bangsa Melayu demi mengimbangi bangsa-bangsa lainnya maka perhatian Bangsa Melayu harus dikembalikan kepada tasawuf itu sendiri.
Dikutip dari ceramah KH. Wahfiuddin
Source: http://www.suryalaya.org/ver2/manakib.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar