Jumat, November 23, 2007

Kader Muda NU Raih Doktor Tasawuf Pertama di Maroko

Prestasi menggembirakan kembali dicapai kader muda Nahdlatul Ulama (NU). Ahmad Najib Afandi, mahasiswa Pascasarjana Fakultas Adab, Universitas Abdel Malik Esaadi Tetouan, Maroko, berhasil meraih gelar doktor di bidang tasawuf. Ia merupakan orang pertama yang meraih gelar bergengsi itu di Maroko.Najib, begitu panggilan akrabnya, meraih gelar doktor tersebut setelah sukses mempertahankan desertasinya yang berjudul "Al-Harakah Assufiyah bi Indonesia wa Atsaruha Fi Al-Falsafat Al Ahlak" di hadapan para dosen pengujinya di Aula Muktamar kampusnya, pada Kamis (22/11) lalu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online di Rabat, Nasrullah Afandi.

Selain menjadi orang pertama di Maroko yang mendapat gelar doktor di bidang tasawuf, Najib juga dicatat sebagai doktor keempat dari Asia Tenggara yang belajar di negeri tersebut.

Promosi doktor itu juga dihadiri sejumlah staf Kedutaan Besar RI di Rabat, anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di Maroko, juga beberapa mahasiswa asal Thailand dan Malaysia yang belajar di Maroko.

Pada sidang yang diuji oleh Prof. Dr. Abdel Aziz Sahbar, Abdullah Murabit El Tirgi, Dr. Abdul Latif Syahbun dan Dr. Abderahman Badu itu, Najib dalam desertasinya menjelaskan beberapa hal menjadi kajian pokok dan kritik disertasinya terhadap pergerakan dan praktik tasawuf serta tarekat di Indonesia.

Selain itu, mantan sekretaris Keluarga Mahasiswa NU Bagdad tahun 1998 itu juga mencoba menelusuri sisa-sisa keemasan tasawuf di Indonesia dan persambungan antara tasawuf Indonesia dengan tasawuf Maroko yang selama ini dibiarkan oleh banyak orang.

"Sejarah keberhasilan pergerakan dan perjuangan kaum tarekat dalam bidang pendidikan, pembinaan ahlak, spiritual dan politik serta ekonomi Indonesia tidak diragukan lagi sejak awal kedatangan Islam sampai pasca-kemerdekaan Indonesia. Warisan dan pengaruh sufistik, hingga kini, begitu kental dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, bahkan karya-karya mereka yang menjadi simbol keberhasilan pergerakan spiritualnya tetap eksis menjadi rujukan dan kajian pokok madrasah, sekolah dan pondok pesantren hingga kini,” tulis Najib dalam desertasinya.

Lebih jauh, ia menjelaskan, pergerakan kaum tarekatlah yang mendominasi perjuangan kemerdekaan dan mengisi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. “Seperti, pergerakan dan dakwah Walisongo, revolusi petani di Banten pada tahun 1888 M di bawah komando Tarekat Naqsabandiyah, Perjuangan K. Rifai Kalisalak dan perjuanagan K. Soleh Darat di Semarang, baik fisik maupun pemikirannya, yang cerdas," papar Najib.

Najib mengatakan, kenyataan tersebut tak dapat dipungkiri, kecuali bagi mereka yang tak memiliki nasionalisme. Karena, bagaimanapun, kaum tarekat dan doktrin tasawuf adalah dua kekuatan supranatural dan lintas batas kelompok dan golongan. Ia merupakan murni kemanusiaan dan memanusiakan manusia seutuhnya termasuk kemerdekaan, kebebasan dan hak hidup yang aman dan damai yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan dan balas jasa. (rif) source: http://www.nu.or.id/page.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar